Keterikatan Mistis yang Amat Mengganggu Sejak Lahir
“Saya tidak berani menyebut namanya, karena ia pasti ada di belakang saya,” – Maryam (Maryam: Janji dan Jiwa yang Terikat, 2025)
Kita akan kedatangan satu film horor yang sedikit berbeda dari banyak film bergenre sejenis. Film horor terbaru dari VMS yang berjudul lengkap Maryam: Janji dan Jiwa yang Terikat, akan membawa kita pada sebuah kisah menyedihkan yang dialami Maryam yang di sepanjang hidupnya diteror oleh bayang-bayang jin.
Narasinya sendiri terinspirasi dari podcast kisah nyata “Maryam: Belenggu Jin Kafir” oleh Lentera Malam. Film ini disutradarai Azhar Kinoi Lubis, yang tahun ini sangat produktif dalam menelurkan film horor, dan naskahnya sendiri ditulis oleh Lele Laila.
Sinopsis
Maryam (Claresta Taufan), hidupnya tak akan pernah sama lagi. Selama 26 tahun sejak ia lahir, Maryam sudah hidup dalam belenggu teror dari sosok jin tak kasat mata yang mengikatnya dengan janji gelap,selalu mengikuti setiap langkahnya, membisikkan kata-kata yang hanya bisa didengarnya. Ibunya pun juga tak tahu harus berbuat apa lagi kepada anak perempuan satu-satunya ini. Sampai suatu hari, Maryam menerima surat-surat misterius yang menyatakan rasa cinta yang mendalam dari jin tersebut. Meski dibakar dan dibuang, surat-surat itu selalu kembali.

Karena banyak hal aneh yang ia alami, Maryam menyadari bahwa ia tak pernah sendirian dan selalu diikuti. Bahkan Kyai Saleh (Rukman Rosadi) yang selama ini mendampinginya, tiba-tiba meninggal. Pengganti Kyai Saleh, Ustadz Farhan (Wafda Saifan) memahami apa yang dialami Maryam, dan berusaha melindunginya. Hingga ia memutuskan untuk menikahi Maryam agar ia tidak diganggu jin itu lagi. Apakah cara ini berhasil?
Premis sederhana dengan eksekusi luar biasa
Setelah mendengarkan podcast aslinya dan melihat trailernya, sebetulnya agak skeptis juga melihat bagaimana film ini nantinya akan berjalan. Namun, Maryam ternyata tampil mengejutkan dengan prolog awalnya yang dibuat B&W alias Hitam Putih sebelum akhirnya beralih normal. Sebuah penanda yang menunjukkan perbedaan masa kecil dan dewasa, dengan pendekatan yang terbilang sadis saat Maryam masih duduk di Sekolah Dasar. Dengan cara ini, Kinoi menunjukkan masa kecil Maryam dengan cara berbeda, yang biasanya adegan semacam ini diselipkan lewat adegan yang sedang berjalan, atau lewat dialog dari karakter utamanya.
Treatment B&W ke warna seperti ini sebetulnya sudah dimulai sejak The Wizard of Oz (1939) dan di beberapa film lainnya seperti Casino Royale (2006). Pembukaan monokromatik seperti ini membangun realitas karakter Maryam sejak dini dengan lingkungan sekitarnya, juga mengenalkan kepada penonton bagaimana Maryam hidupnya sudah dipenuhi darah. Transisi ala Wizard diperlihatkan saat ia membuka jendela dan beranjak dewasa, seketika itu pula gambar menjadi berwarna.

Prolog seperti ini memang tampak disengaja untuk membingungkan ekspektasi penonton. Eksekusinya sangat mengejutkan, dan akan membuat sebagian penonton tidak menyadari kalau Maryam digambarkan ‘menyimpang’ dari film horor lainnya yang cenderung formulaic dan membosankan. Penyimpangan ini bertendensi positif dalam menggambarkan karakter utamanya secara lebih realistis dan gamblang.
Claresta Taufan tampil sangat baik di film ini
Karakter Maryam berhasil diperankan dengan amat baik oleh Claresta Taufan, dan bisa dikatakan ini penampilan terbaiknya selama ini di dunia film. Totalitas aktingnya mampu ia perlihatkan saat ia merasa diteror oleh sosok menakutkan, yang membuat ia hilang kendali terhadap orang-orang di sekitarnya. Tatapannya yang menakutkan, juga teriakan histerisnya mampu berbicara lebih di depan kamera, dan membuat kita memahami lebih dalam tentang apa yang dihadapi Maryam selama ini.
Kesimpulan
Bisa dikatakan, Maryam merupakan film horor yang sama sekali berbeda dari film sejenis yang telah beredar di bioskop Indonesia. Kisahnya begitu hidup, tanpa banyak sandiwara di dalamnya. Semua diceritakan lugas tanpa banyak ‘drama’ dan juga jumpscares yang selama ini lekat di film horor Indonesia. Pemilihan rentang waktu yang dipilih juga mencerminkan dinamika yang menarik dari apa yang dialami Maryam, dan karena kasus yang dialami masih belum menemui konklusi, amat wajar kalau kisahnya diakhiri di sebuah momen penting.
Dari sisi teknis, film ini juga tampil baik lewat sisi artistiknya yang tampil natural khas daerah pesisir yang panas, juga suasana kampung Maryam yang sederhana, tanpa polesan, makin memperkuat narasi film. Walaupun secara penceritaan, film ini cenderung slow pace dan membosankan, tapi mampu menghadirkan kengerian substansial bagi penonton lewat beberapa jumpscares dari beberapa penampakan jin yang dihadirkan.
Diharapkan dengan adanya film ini, Maryam bisa mendapatkan solusi yang tepat dari mereka yang telah menonton, agar ia bisa melanjutkan hidupnya dengan damai.
Director: Azhar Kinoi Lubis
Cast: Claresta Taufan, Wafda Saifan Lubis, Rukman Rosadi, Totos Rasiti, Debo Andrios, Ridwan Kainan, Maryam Supraba, Shaqueena Medina, Rahmet Ababil, Ayu Dyah Pasha
Duration: 92 minutes
Score: 8.0/10