Alih Wahana Komik Klasik Panji Tengkorak yang Tampil Impresif
“Bang Panji bersumpah, akan membalas orang-orang itu Murni,” – Panji (Panji Tengkorak, 2025)
Setelah sempat dihebohkan dengan film animasi Merah Putih: One for All yang dihujani caci maki dari para penikmat film Indonesia karena buruknya eksekusi di film tersebut, kini penggemar film animasi Indonesia bisa bernafas lega, setelah Falcon Pictures merilis Panji Tengkorak, animasi yang karakternya diangkat dari komik klasik karya Hans Jaladara yang pertama kali diterbitkan pada 1968. Seperti apakah animasinya kali ini? Apakah bisa memuaskan banyak orang?

Sinopsis
Panji (Deni Sumargo), terpaksa menjual jiwanya kepada ilmu hitam untuk membalas kematian istrinya, Murni, berniat mengakhiri hidupnya. Namun, ia mendapati tubuhnya kini terikat oleh ilmu hitam yang mengendalikan jiwanya. Setelah mengembara tanpa tujuan, Panji bertemu dengan seorang pendekar tua yang meminta bantuannya untuk mengejar seorang pendekar sakti yang telah merampas pusaka suci yang konon mampu melenyapkan kekuatan ilmu hitam. Panji menerima tawaran yang menyeretnya ke dalam perang panjang antara dua kerajaan dan mengungkap kenyataan masa lalunya yang kelam.
Narasi menarik dengan ciri khas Hans Jaladara
Baru kali ini melihat animasi yang dialihwahanakan dari komik dan penyajiannya mungkin masih terlihat kasar, tapi secara narasi, Panji Tengkorak memang memuaskan. Hadir dengan cerita baru, film ini tak lantas menyingkirkan masa lalunya. Fase awal ini digambarkan lewat kilas balik yang cukup baik dan bisa menggambarkan seperti apa karakter Panji ini di masa lalunya, terlebih dengan istrinya, Murni yang sangat ia sayangi.

Narasi dalam film juga dipadati karakter yang membentuk plot cerita yang cukup berbobot khas Hans Jaladara, yang tak sekedar balas dendam melawan musuh lalu selesai begitu saja. Subplot menarik dihadirkan Bramantya (Donny Damara), Nagamas (Pritt Timothy) dan juga Kalawereng (Tanta Ginting) yang membentuk intrik menarik di balik pusaka mematikan yang menjadi permasalahan utama film.
Narasinya memang terlihat mature dan film ini memang sejatinya diperuntukkan untuk rating 17+, terlihat dari banyaknya adegan gore berdarah-darah yang cukup intens. Tapi uniknya, Panji Tengkorak malah mendapatkan rating 13+ yang relatif aman ditonton anak-anak.
Kesimpulan
Dengan kualitas grafis yang belum terlihat halus (karena durasi pembuatan yang relatif singkat), hal ini masih bisa dimaklumi. Selain itu transisi yang terlihat cepat, membuat adegan pertempuran terlihat ada gap yang signifikan.

Buat yang jeli, satu hal yang mungkin cukup mengganggu di film ini ada di penempatan soundtrack Iwan Fals x Isyana yang tidak tepat, yaitu saat final battle yang semestinya dikosongkan dari soundtrack bernada sedih seperti ini. Tapi semua kekurangan itu bersifat minor. Panji Tengkorak sangat layak untuk ditonton, dan memberi pilihan yang baik di tengah gempuran genre drama, horor ataupun komedi yang berseliweran di bioskop Indonesia. Dan sebagai film animasi, Panji Tengkorak adalah karya terbaik Falcon Pictures yang selama ini telah menelurkan banyak film sejenis.
Director: Daryl Wilson
Cast: Deni Sumargo, Aghniny Haque, Nurra Datau, Donny Damara, Donny Alamsyah, Tanta Ginting, Pritt Timothy, Candra Mukti, Revaldo
Duration: 94 Minutes
Score: 8.0/10