Rumitnya Nikah Kembar 3 Saudara yang Penuh Lika-Liku
“Bapak yang maunya nikah kembar. Bukan aku!” – Fadly (Jodoh 3 Bujang, 2025)
Film yang satu ini mungkin akan membuat kita geleng-geleng kepala melihat betapa gilanya menegakkan adat di sebuah daerah, khususnya saat akan melaksanakan pernikahan. Hal inilah yang menjadi narasi premis utama film Jodoh 3 Bujang yang akan rilis sesaat lagi di bioskop Indonesia.
Dengan mengangkat tradisi Bugis Makassar, Jodoh 3 Bujang agak berbeda dari film sejenis yang dibintangi bintang lokal Makassar seperti misalnya Mapacci – Malam Pacar (2023), atau Uang Panai 1-2 (2016-2024). Film dengan latar Makassar ini dibintangi bintang ternama yang pastinya menarik perhatian kita. Seperti apakah filmnya? Kita ulas di bawah ini.
Sinopsis
Sebuah keluarga dengan tiga anak lelaki yang sudah lulus dan mulai meniti karirnya, Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Cristoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong), diminta orangtua mereka untuk menikah bersama karena keterbatasan finansial. Namun, Nisa (Maizura), tunangan Fadly, tiba-tiba dijodohkan orangtuanya dengan pria yang lebih kaya, dan ayah Fadly murka dengan keputusan tersebut dan Fadly harus mencari istri baru dalam waktu yang tersisa, atau pernikahan mereka bertiga akan terancam!
Premis menarik yang tidak biasa kita dengar sehari-hari
Mendengar nikah kembar, tentu bukanlah sebuah hal yang biasa kita dengar tiap waktu, terlebih di Pulau Jawa. Tetapi beda cerita kalau di Makassar yang nampaknya sudah terbiasa dengan tradisi ini. Hal ini lagi-lagi terjadi karena besarnya uang panai atau mahar yang harus disiapkan keluarga mempelai laki-laki kepada keluarga mempelai perempuan. Semakin ditunda pernikahannya, akan semakin besar pula maharnya. Hal inilah yang melatarbelakangi cerita unik ini.
Namun, film yang diambil dari kisah nyata ini, membuat tiap karakternya penuh warna, karena masing-masing mempunyai kepentingan yang saling terkait, dan hal ini membuat kerumitan yang muncul tereskalasi seiring berjalannya waktu. Bahkan cameo sekecil apapun seperti Arla Ailani, mempunyai makna yang berarti di film ini.
Elemen teknisnya cukup baik
Secara teknis, film ini mampu memperlihatkan visual yang cukup baik, dengan transisi yang rapi di setiap adegan, membuat kita sebagai penonton bisa merangkai narasinya dengan baik, mulai dari awal konflik, hingga penyelesaiannya. Semua karakter inti mendapat screen time yang seimbang dalam membangun cerita, terlebih dengan selingan jokes dari Iwan Coy dan Zakaribo.
Namun, yang berhasil menjadi scene stealer dengan jokes-nya justru dihadirkan Musdalifah Basri yang menjadi Surti. Walaupun dirinya tidak mendapat screen time yang banyak, sentilannya sebagai asisten rumah tangga bisa membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Tonton segera film menarik ini sesaat lagi di seluruh bioskop di Indonesia.
Kesimpulan
Sebagai penutup, Jodoh 3 Bujang memberi banyak pelajaran kepada kita, khususnya bagi masyarakat Bugis yang hingga saat ini masih memegang adat mereka dengan keras. Namun, problematika uang panai yang terlalu tinggi, terkadang menimbulkan berbagai permasalahan sosial dalam masyarakat seperti silariang (kawin lari) dan hamil di luar nikah. Karena makin tinggi uang panai, makin menunjukkan status sosial dan gengsi keluarga tersebut dalam masyarakat.
Di satu sisi, kaum perempuan yang terpaksa menikah dengan orang yang tidak dicintainya, seolah dipinggirkan dan tak dianggap keluarganya sendiri. Karena lagi-lagi, alasan yang dipakai keluarga perempuan adalah, cinta bisa muncul seiring berjalannya waktu. Sebuah alasan klasik yang seolah tak peduli dengan perasaan kaum perempuan yang menjadi ‘korban’ uang panai seperti ini.
Director: Arfan Sabran
Cast: Jourdy Pranata, Nurra Datau, Maizura, Christoffer Nelwan, Barbie Arzetta, Rey Bong, Elsa Japasal, Arswendy Bening Swara, Cut Mini, Nugie, Iwan Coy, Zakaribo, Leroy Osmani, Nunu Datau, Musdalifah Basri, Arla Ailani
Duration: 107 Minutes
Score: 8.0/10
